Dulu aku menyukai langit karena aku merasa langit adil. Tidak pernah membeda-bedakan siapa pun yang memandangnya. Ia tetap menampakkan hal yang sama yaitu keindahan. Di mana pun aku berdiri, aku akan selalu memandang langit yang sama.
Langit yang begitu luas. Saking luasnya aku bahkan sampai lupa betapa sempitnya tempatku berpijak. Namun kini aku punya alasan lain mengapa aku suka sekali memandang langit. Tempat yang tinggi dan luas itu menyadarkanku bahwa aku tidak akan pernah bisa meraihmu. Sekalipun aku terbang ke angkasa, sesungguhnya semua hanyalah ilusi. Aku hanya bisa merasakan kehadiranmu di sisiku, tapi tidak bisa menggenggammu dengan tanganku.
Kamu biru, aku jingga. Dua warna berbeda yang terikat dalam satu dimensi waktu yang sama dan singkat. Ketika fajar menyingsing di tepian cakrawala, saat itu kita akan bersama. Bersama-sama menikmati keindahan yang kita miliki dan berikan satu sama lain.
Namun ketika matahari beranjak tinggi, aku lenyap. Kemudian saat mentari tergelincir dan kembali ke peraduan, sekali lagi kita dipertemukan. Tetap dalam waktu yang singkat.
Seperti itulah keadaannya, kita tidak akan pernah bersatu selamanya. Kini, biarlah waktu yang singkat itu menciptakan kenangan abadi yang indah bagi seluruh penghuni langit dan bumi yang menyaksikannya.
"Wahai engkau yang kucinta...jika Tuhan menakdirkan kita bersama, di mana pun berada, bagaimana pun cara dan jalannya, kapan pun itu terjadi, sudah pasti kita akan dipertemukan kembali....."
*Biru Jingga
No comments:
Post a Comment