Suatu saat ketika hatiku gundah, aku bertanya pada mentari.
"Apakah cinta itu?"
"Cinta adalah memberi dengan ikhlas apa yang ada pada dirimu tanpa mengharapkan balasan dari yang kau beri, melainkan mengharapkan balasan dari Sang Pencipta."
Cinta di pagi hari adalah pembeda benang hitam dan putih, peringatan bagi orang yang lengah pemberi semangat untuk menempuh hari baru, dan memperkuat jasmani dan rohani kekasihnya.
Apabila cinta tepat di atas kepala, cinta adalah pecut yang memacu dirimu untuk bekerja lebih giat, maka bila saat itu cinta datang, bekerjalah sekuat tenagamu meski harus kau peras keringatmu dan kau banting tulangmu. Bersabarlah dengan penat dan perihnya hingga sampai waktu senja yang mengisyaratkan padamu bahwa pada setiap kelelahan ada saat untuk istirahat. Saat itu cinta akan mengumpulkan burung-burung yang berkicau kesangkarnya, anak rusa yang bermain ke sisi induknya.
"Saat mega cinta lenyap janganlah kau sangka bahwa cinta itupun lenyap, dia berada di sisi lain dari dirimu yang sebelumnya gelap." Akhirnya sang surya pun tenggelam di kaki langit dan perlahan rembulan tampak dirinya yang sedang sabit. Aku pun bertanya padanya tentang cinta.
Cinta adalah nur terang yang berada di antara kegelapan. Cinta tidaklah menyebarkan perpecahan melainkan menyambung sumber kasih sayang yang berada jauh darimu untuk kau tampakkan dalam sikapmu. Meskipun bentuknya sering berubah, cinta menyongsong hakekat yang sama, baik kekurangannya yang tampak maupun kesempurnaannya bak purnama yang engkau saksikan.
Cinta bukanlah hal yang sia-sia. Untuk itu kau harus rela berkorban. Di saat kekasihmu sedang terlelap kau tetap harus terjaga untuk melindunginya dari serangga malam dan serangga pemangsa.
Saat diriku tenggelam dan tak dapat mempersaksikan cintaku, jangan anggap bahwa cinta pun tak dapat dipersaksikan selamanya, cinta sedang menunjukkkan pembatasan waktu dimana kita berada di antara tepi-tepinya dan memberi kesempatan bagi datangnya pancaran cahaya yang lebih terang.
Di antara fajar shidik yang mengembang aku masih dapat menengadah ke langit menyaksikan bintang gemerlapan bersama kawanannya. Kuajukan pertanyaan yang sama baginya tentang cinta.
Cinta adalah sesuatu yang besar meski sering nampak sangat kecil. Ia mudah sekali dijangkau bahkan kau akan melihatnya di atas permukaan air yang tenang, meskipun sebenarnya ia berada di tempat yang tinggi. Dia adalah penunjuk jalan bagi mereka yang tersesat di tengah hutan belantara, menunjukkan tujuan bagi mereka yang terombang-ambing ombak samudra.
Yang perlu juga kau sadari, cinta adalah hal yang indah dan penuh harapan, kau akan melihatnya berkelap-kelip dengan jenaka membentuk gugusan-gugusan yang unik dengan sahabatnya.
Namun suatu saat cinta terhijab oleh awan mendung yang tebal menggulung. Saat itu jangan katakan cinta pergi meninggalkanmu. Ketabahanmu sedang diuji untuk menunjukkannya kembali.
Akhirnya mentari terbit kembali dengan senyum yang lebih lebar dari kemarin. Kembang sepatu pun tergoda untuk mulai memekarkan kuncupnya, sementara induk Murai menyuapi bayi-bayinya dalam sarang yang hangat di dahan Akasia.
Kutanyakan pada pagi yang cerah hasratku.
"Bagaimana cinta dapat diekspresikan?"
"Cinta diekspresikan dengan mendidik, melindungi, dan menyayangi kekasihmu. Maka aku berpagi mencari sarapan bagi mereka, dan ketika mereka terbangun aku telah berada di sisi mereka untuk memupuk motivasi mereka sembari menikmati sarapan. Jika umur mereka telah mencukupi, kuungkapkan cinta dengan melatih mereka terbang agar mereka menyadari bahwa dunia itu berat dan perlu perjuangan. Dan bila malam tiba, kuceritakan kisah lampau bangsa kami agar menjadi pelajaran bagi mereka dan tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan."
Jika kau sedang sakit, mungkin aku tak dapat mengekspresikannya dalam perbuatanku. Namun doaku tetaplah mengalir bagimu. Dalam desahku terselubung doa bagimu.
Sembari melenggak-lenggokkan dahannya yang tertiup angin, selembar daun mangkok melambai dan menjawab
"Cinta diekspresikan dalam sikap saling mengerti kedudukan masing-masing.” Tanpa rasa ini, saudaraku di Akar akan protes pada Sang Pencipta mengapa dia tidak diciptakan sebagai daun yang elok menari-nari sepanjang hari melainkan sebagai akar dalam timbunan tanah yang pengap dan belepotan.Ia diungkapkan dengan menyadari hikmah sedalam-dalamnya. Meskipun akar berada di bawah, ia adalah penjaga tubuh kami, menyuplai air dan mineral yang kami butuhkan, oleh karena itu, jika kau tak dapat melihat akar, jangan katakana bahwa dia membencimu dan tak ingin melihat wajahmu. Justru dia sedang menopang tumbuhnya ranting cinta saudaranya. Dia juga jenaka. Katanya, “biar belepotan yang penting mantap."
Dengan serbuk sarinya yang merebak, kembang sepatu menjawab.
"Cinta diekspresikan dengan menempatkan segala sesuatu pada waktu, suasana, dan tempat yang tepat. Untuk itu kumenguncup pada malam hari, karena lebah tak menghisap sari madu di malam hari, dan seorang puteri tak kan bertanya tentang cantiknya mahkotaku di kebun kami pada malam hari. Namun jangan kau umumkan pada dunia bahwa aku miskin akan cinta. Karena bila pagi datang menyingsing, ku akan tempatkan mahkota-mahkota lebarku di sekitarku. Menghibur manusia dan lebah yang lalu lalang."
"Wahai sungai! Aku bercermin pada kejernihannya. “Bagaimana kau menyadari datangnya cinta padamu."
Kucoba menyadari segala cinta yang hadir ke diriku dengan memperhatikan asal usulku yang hanyalah berupa tetesan air yang mengalir di antara batuan cadas pegunungan yang terpencil. Tapi lihatlah diriku ini. Ribuan mata air melebur bersama dan menggabungkan molekul kami hingga membentuk arus yang mengantarkan perahu kalian di atasnya, tanpa cinta-Nya tak kan kau saksikan diriku seperti ini.
Tetapi tidak semua tetesan air akan bersatu dalam arus ini. Sebagian mereka terserap ke dalam tanah untuk mengalir di pembuluh tumbuhan dan menghasilkan makanan bersama zat hijau daun. Dan sebagian dari mereka, meskipun tidak kau ketahui, membentuk aliran bawah tanah yang akan muncul kembali di telaga, danau, serta sumur kalian.
Memberi kemudahan pada kalian dalam memasak dan mensucikan tubuhmu adalah juga jalan kami dalam menyadari karunia cinta-Nya. Jalan kami memang berbeda-beda. Tapi jangan sangka kami tidak punya tujuan yang sama. Tujuan dalam penciptaan alam ini oleh-Nya hanya untuk beribadah padanya.
"Kalian, wahai bebatuan. Apakah kalian tidak merasa bahwa begitu banyak cinta yang menyiksa kalian?"
Cinta yang meliputi kami tidak pernah melukai sedikit pun. Bahkan ia berbaik hati mengajak mineral dalam diriku untuk mengarungi lautan dan menghasilkan zat yang bermanfaat bagi makhluk penghuni lautan maupun bagi kaummu. Meskipun tampak ada yang berkurang dariku, namun kuyakin masih banyak hal yang belum kuketahui dari ilmu Allah yang sangat luas.
Tanpa dapat kupungkiri, aku sedikit mengerti bahwa alam memiliki kebijaksanaan tersendiri yang harmonis dalam setiap gerak-geriknya. Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana Allah atas segala tanda kekuasaanNya.
Melihat mentari yang telah sepenggalah, aku kembali ke mushola tempat aku sering berdoa untuk melakukan sholat sunnah Dhuha. Di akhir sholatku yang ditutup dengan doa, aku beranjak dan menyaksikan melalui jendela beberapa anak kecil sedang bermain riang gembira, sementara di jalan beraspal yang tak jauh dari sana sepeda motor, mobil, truk dan angkutan lainnya berlalu lalang menghantarkan diri mereka ke tempat tujuan.
Sebelum keluar aku pun kembali menghadap kiblat dengan menengadahkan tanganku, aku berdoa.
Ya Allah Pencipta alam semestaYang Maha Pengasih Maha Penyayang
Tunjukkanlah kami HidayahMu yang lurus
Tunjukkanlah kepada kami cinta yang tulus
Cinta karena diri-Mu
Yang tak berubah kecuali Engkau menghendakinya
Dari cintaNya, baik yang tampak maupun yang tak tampak, kurasakan betapa kasih-Nya pada ciptaan-Nya. Aku pun bertekad meneladani alam untuk membiaskan dan menyalurkan kasih sayang-Nya dalam seluruh sikap tingkah laku secara optimal.
No comments:
Post a Comment