Ego

Ego, gikprint.com
Biasanya aku akan langsung menyapamu melalui pesan singkat di pagi hari, tepat sesaat setelah membuka mata, bahkan saat tubuhku masih berlindung di bawah nyaman dan hangatnya selimut. Namun pagi itu, jariku membeku. Tak bisa kuketikkan apa-apa untukmu. Pesan darimu pun tak kutemukan di layar ponselku. Walau kita sama-sama tahu, siapa yang selalu ada di pikiran kita setiap kita pertama kali membuka mata. Sebenarnya bukan aku tak ingin mengirimkan ucapan selamat pagi kepadamu. Hanya saja sisa kecewa dan rasa kesal dalam dada membuat jariku kaku. Aku masih mencerna pertengkaran kita semalam. Aku masih meresapi betapa kita sama-sama dibutakan oleh emosi.

Malam tadi, tidak ada 'kita'. Hanya 'aku' dan 'kamu' yang terjebak dalam hati yang panas dan ruang yang beku. Aku masih ingat betapa semalam kita saling beradu argumen. Masalah sepele berujung pada debat kusir, dengan dua kepala yang sama-sama tak mau memasang telinga. Hanya mulut kita yang berlomba berbicara. Kita sama-sama saling ingin didengarkan tanpa memberikan kesempatan kepada yang lainnya untuk melontarkan pemikiran yang sudah bercokol di kepala.

Tadi malam pun aku dan kamu diam, namun hanya karena kita sudah sama-sama lelah. Kita Tidur, masing-masing membawa segumpal amarah. Pagi ini aku sudah lebih tenang. Pelan-pelan, kalimat-kalimat kita semalam aku baca ulang. Pertengkaran ini pun membuatku lebih memahami watak asli diri. Aku yang selama ini kukira dewasa, ternyata masih kekanakan dan mudah tersulut emosi.

Berargumen denganmu semalam juga mengantarkanku kepada fakta berikutnya: betapa kita sudah semakin saling mencinta. Bagaimana lagi aku menjelaskan rasa sesal yang ada di dadaku saat ini? Perdebatan semalam bisa menjadi bukti betapa kita tak bisa lagi saling segan menyuarakan pemahaman yang selama ini berdengung di kepala masing-masing.

Mungkin perdebatan adalah jembatan kita untuk makin saling mengenal. Beranikah kau dan aku berjanji untuk lebih dewasa di masa depan? berterimakasih kepada pertengkaran Setidaknya dengan berdebat kita saling belajar untuk menerima sudut pandang masing-masing lebih dalam. Pun, perdebatan itu juga menjadikan kita sama-sama lihai dalam membaca situasi untuk memulai argumen yang lebih tenang di masa depan. Paling tidak kini kita bisa tahu apa yang boleh dan tak boleh kita lakukan.

(Dan bukankah dengan membiarkan aku tahu apa sudut pandangmu, kamu merasa lebih dihargai? Karena itulah yang kurasakan dan baru saja kusadari detik ini.) Berargumen yang tidak menyertakan emosi juga sebenarnya bisa membuat kita menyadari manfaat dari komunikasi yang baik. Kita bisa saling memenuhi kebutuhan masing-masing untuk mendengarkan dan didengarkan.

Dengan beradu argumen secara terbuka dan dewasa, kita bisa menemukan solusi nyata - tak hanya bisa menyakiti dengan emosi. Sudahlah. Kutuntaskan saja kecewa dan kesal yang kurasa. Hati ini pun sudah linu dan rindu, sebab semalam kita pulang dan tidur dalam diam dan tak bertukar pesan hingga fajar sampai menjelang tengah malam

Saat ini ingin aku tulis Pesan :
Yang wanita inginkan hanyalah seseorang yang mencintainya seperti belum ada seorang pun yang dicintai sebelumnya.

"Selamat malam sayang ku :* :* "

No comments:

Post a Comment

Kantor Pusat: GIKPrint - Jl. Lamongrejo No. 28 Lamongan - Jawa Timur
Layanan Bantuan: Telp/SMS/WA +6285854361172 | BBM PIN : D41B44E5 | Chat Costumer Service | Hubungi Kami
Jam Layanan: Senin - Jumat: 07.30 WIB - 21.00 WIB | Sabtu - Minggu: 08.30 WIB - 20.30 WIB (Hari Kerja)

© Copyright 2015- | GIKPrint.com - All rights reserved | Theme by Way2themes | Powered by Blogger.