Cinta itu membingungkan, seperti kisah cintaku dengan ehem yang udah masuk bulan ke *ga perlu disebutin, tapi gue masih aja setia menantinya kembali wkwk *maklum ababil.
Cinta itu butuh waktu, butuh waktu untuk mencari, butuh waktu untuk mendapatkan, butuh waktu untuk menjaga, dan butuh waktu untuk melupakan. Begitu pun pengertian akan cinta juga butuh waktu. Karena cinta itu penyakit menular yang mengasikkan. Sama seperti penyakit pada umumnya, virus merah jambu juga butuh untuk menggerogoti tubuh kita. Awalnya kepala cuma pusing karena kebanyakan mikirin si dia, nafsu makan berkurang karena ga ada waktu untuk makan lantaran sibuk mikirin si dia, kantung mata menghitam karena kurang istirahat yang lagi lagi karena masih mikirin dia, dan membuat badan jadi kurus akibat jarang makan dan kurang tidur.
Cinta itu adalah rasa pengen tau. Pengen tau gimana kabarnya, pengen tau dia sudah makan atau belum, pengen tau dia mau tidur jam berapa malam ini, pengen tau apa yang dilakukannya sekarang, pengen tau seberapa besar cintanya untuk kita. Pokoknya ingin tau segalanya tentang dia. Ini karena pengaruh feromon *feromon membuat seseorang kecanduan sehingga ingin melihat pasangan atau gebetannya sesering mungkin.
Cinta itu adalah rasa cemas tiada henti. Cemas nungguin sms balesan dari dia, cemas mikirin kabarnya, cemas nungguin dia di tempat janjian dan cemas dengan siapa dia pergi hari ini.
Cinta itu tai. Kalau masih dalam perut selalu dibawa kemana aja. Ke kamar, sekolah, bioskop, mal dll. Tapi kalau udah keluar pasti di flush gitu aja. Dibuang. Seolah-olah tak berharga, bahkan untuk megang aja jijik rasanya.
Cinta itu rumit. Serumit ujian statistic. Semua rumus harus dihapalin tapi ga ngejamin rumus yang mana yang bakal keluar di soal ujian. Akhirnya saat ujian malah bengong karena kebanyakan apalan, sehingga rumus-rumus itu terhapus dengan sendirinya.
Cinta itu menunggu. Seperti Cinta dengan setia menunggu Rangga pulang dari Amerika. Walaupun lama, berat dan penuh godaan, Cinta dengan teguh tetap menunggu Rangga. Hanya karena dia dititipin bukunya Rangga dan disuruh ngebaca halaman terakhir yang berisi puisi.
Ada apa dengan Cinta? Tapi pasti aku akan kembali dalam satu purnama. Untuk mempertanyakan lagi cintanya. Bukan untuknya, bukan untuk siapa, tapi untukku. Karena aku ingin kamu. Itu saja…
Cinta itu pun menunggu. Terus menunggu walaupun cinta itu tak kunjung datang. Terlihat bodoh, tak berguna, dan buang-buang tenaga. Apalagi saat cinta itu memang tidak nyata. Cinta yang dari awal sudah salah dan berakhir dengan masalah. Seperti cintaku untuk dia yang hanya sia-sia dan tak berguna.
Cinta itu berbahaya. Berbahaya karena cinta itu adiktif. Perasaan ini muncul karena di dalam tubuh diproduksi beberapa zat tertentu yang sedikit membius otak dan efeknya bisa disamakan dengan efek narkoba, seperti main PS yang bikin ketagihan. Sekali jatuh cinta pasti menginginkan jatuh lagi walaupun seringkali berakhir menyakitkan. Cinta juga berbahaya karena efeknya bisa bikin nyawa melayang. Orang rela saling bunuh-bunuhan demi cinta. Bahkan ada yang rela bunuh diri demi cinta.
Cinta itu perjuangan. Seperti earning process yang butuh effort untuk mendapatkan accomplishment. Begitu pun dengan cinta. Cinta itu butuh perjuangan, cinta butuh diungkapkan, bukan untuk dipendam dalam hati saja karena kalau dipendam terus bisa berubah jadi kanker cinta yang berdampak bikin orang jadi gila.
Cinta itu pengorbanan. Berkorban untuk mengalah, berkorban untuk menahan ego, berkorban untuk ngebayarin pacar makan plus nonton, berkorban untuk ngerjain tugas pacar karena pacar sujud-sujud minta dibantuin, berkorban untuk jadi supir gratisan pacar, dan menerima dengan lapang dada dan apa adanya walau pun pacar bertubuh panda dan berwajah iguana.
Cinta sejati memang tidak harus berakhir bahagia karena cinta tidak harus berakhir. Namun akan lebih terasa menyakitkan jika menerima dengan lapang dada terhadap realita yang ada : cinta yang terbagi. Karena sifat manusia itu tamak. Maunya dapat utuh, kalau bisa lebih.
Apapun itu, cinta memang membingungkan, rumit, butuh proses, berbahaya, butuh perjuangan, dan seperti tai. Namun seperti kata Plato, cinta itu semakin dicari semakin tidak ditemukan karena cinta itu adanya dalam lubuk hati. Ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan karena tiada satu pun yang didapat.
*cinta itu… dapat seupil berkorban segajah..
No comments:
Post a Comment